Legenda Batak Dan Sejarah
KEBERADAAN etnis-etnis di Indonesia tidak terlepas dari lagenda yang
selalu dituturkan dari mulut ke mulut serta menjadi cerita rakyat.
Seperti hikayat Putri Hijau dari Tanah Deli atau Jaka Tingkir dari Jawa,
etnis Batak (Toba) juga mempunyai hikayat yang hingga kini tetap hidup
di tengah masyarakatnya.
Konon, perjalanan etnis Batak dimulai dari seorang raja yang
mempunyai dua orang putra. Putra sulung diberi nama Lontungon dan kedua
diberi nama Isumbaon. Setelah keduanya dewasa, mereka menghadap sang
ayah yang juga raja di daerah itu. Kedua anaknya meminta ilmu sakti.
Sang ayah menyanggupi, namun dengan syarat keduanya harus membangun
tempat persembahan di atas bukit yang bernama Pusuk Buhit. Setelah itu,
selama tujuh hari tujuh malam kedua anaknya tidak bisa ke tempat itu
sebelum waktu yang ditentukan tiba. Setelah tujuh hari tujuh malam
terlewati, sang Raja beserta kedua anaknya pergi ke Pusuk Buhit. Di
sana, mereka menemukan dua buku yang disebut sebagai buku Laklak
bertuliskan surat batak.
Sang Raja menyuruh si sulung mengambil buku itu, dan meminta apa yang
mau dimintanya kepada sang pencipta. Saat itu, si sulung meminta
kekuatan, kebesaran, rezeki, keturunan juga kepintaran, kerajaan,
kesaktian dan tempat berkarya untuk semua orang. Permintaan si bungsu
pun sama. Sang Raja mengubah nama si sulung menjadi Guru Tatea Bulan.
Konon, Guru Tatea Bulan dengan lima putranya yakni Raja Geleng Gumeleng
si sulung, Seribu Raja, Limbong Mulana, Segala Raja, si Lau Raja dan
empat putrinya yakni si Boru Pareme kawin ke Seribu Raja (Ibotona) abang
kandungnya. Bunga Haumasan kawin dengan Sumba. Atti Hasumasan kawin ke
Saragi, dan Nan Tinjo konon jadi Palaua Malau.
Suatu hari, Seribu Raja menghadap ayahnya untuk memberitahukan
mimpinya. Dalam mimpi itu ia mengatakan agar ayahnya mengantarkannya ke
Pusuk Buhit. Di sana dia tampak menjadi seorang yang sakti dan kelak
abang dan adik-adiknya tunduk dan menyembahnya. Ayahnya tertegun dan
bertanya lagi. Tapi yang menjawab adalah Geleng Gumeleng, padahal yang
bermimpi adalah Seribu Raja.Saat itu juga Geleng Gumeleng berkeinginan
untuk bisa ke Pusuk Buhit.Ayahnya mendukung Geleng Gumeleng pergi ke
Pusuk Buhit, tapi Seribu Raja tak mau mengalah. Sehingga terjadi
pertengkaran dan Seribu Raja pergi meninggalkan ayahnya.
Di Pusuk Buhit, Sang ayah menempa Raja Geleng Gumeleng menjadi raja
sakti yang namanya diubah Raja Uti. Sementara Seribu Raja yang melarikan
diri ke hutan tidak mau lagi menemui ayahnya Guru Tatea Bulan. Raja
Lontung Dalam penelusuran penulis di Samosir diceritakan pada suatu hari
ketika Seribu Raja sedang beristirahat dalam pengembaraannya, lewatlah
seorang gadis cantik yang sangat jelita bak bidadari dari kayangan dan
menarik perhatian Seribu Raja. Karena tertariknya, Seribu Raja pun
membuat pelet (mistik penangkap wanita) supaya wanita itu lengket. Pelet
itu diletakkan di atas tanah yang akan dilewati gadis cantik jelita
itu.
Tapi apa yang direncanakan Seribu Raja bukanlah menjadi kenyataan
karena takdir berkata lain dan justru yang lewat dari tempat tersebut
adalah adik perempuannya sendiri bernama Siboru Pareme yang datang
mengantar makanan untuk Seribu Raja. Boru Pareme yang tadinya
biasa-biasa saja, menjadi jatuh cinta kepada abangnya padahal dalam adat
Batak hal itu sangat tabu. Tetapi karena pelet Seribu Raja, semua
berubah hingga akhirnya mereka menjadi suami istri.
Ketika Guru Tatea Bulan mendengar kedua anaknya telah menikah, dia murka
dan mengusir Seribu Raja. Sebelum pergi, Seribu Raja memberikan sebuah
cincin kepada adik yang juga istrinya dan berpesan bila anaknya lahir
diberi nama Si Raja Lontung.
Raja Borbor
Dalam pengembaraannya, Seribu Raja bertemu dengan seorang raja yang
bergelar Raja Ni Homang. Tetapi dalam pertemuan itu terjadi pertarungan
antara Seribu Raja dengan Raja Ni Homang. Kalau Seribu Raja kalah akan
menjadi anak tangga ke rumah Raja Ni Homang dan bila Raja Ni Homang
kalah, maka anak gadisnya akan diperistri oleh Seribu Raja.Pertarungan
itu dimenangkan Seribu Raja. Tetapi sebelum dipersunting oleh Seribu
Raja, sang putri raja itu ingin membuktikan kehebatan Seribu Raja. Maka
gadis itu menyuruh Seribu Raja untuk mengambil daun pohon hatindi yang
tumbuh di atas embun pati dengan syarat Seribu Raja harus tetap ada
ditempatnya berdiri. Dan, bila sudah dapat dia bersedia menjadi
istrinya.
Seribu Raja menyanggupi permintaan Boru Mangiring Laut. Dengan
tiba-tiba tangan Seribu Raja dikibarkan ke atas kepalanya mengakibatkan
angin di tempat itu menjadi kencang dan daun hartindi itu terbang ke
tangannya. Bunga itu pun diberikannya kepada Boru Mangiring Laut.
Setelah menikah, nama Boru Mangiring Laut diganti menjadi Huta Lollung,
artinya kalah bertanding. Tak lama kemudian, boru Mangiring hamil namun
Seribu Raja tidak menunggu kelahiran anaknya. Dia akan melanjutkan
pengembaraannya.Dan, sebelum pergi dia memberikan sebuah cincin sakti.
Pesan terakhir Seribu Raja, bila anaknya lahir diberi nama Raja Borbor.
Pertemuan Raja Lontung-Raja Borbor Konon, setelah dewasa Raja Lontung
berangkat menelusuri hutan untuk mencari ayahnya Seribu Raja. Suatu
hari Raja Lontung merasa sangat haus.Dia pun beristirahat barang
sejenak. Di bawah pohon rindang, Raja Lontung mengambil pedangnya dan
memotong salah satu akar pohon rotan untuk mengambil airnya. Tetapi bila
dia mengangkat akar rotan itu ke mulutnya, tiba-tiba lepas karena ada
yang menariknya dari sebelah. Begitulah yang terjadi sampai tiga kali.
Raja Lontung marah. Pasti ada orang yang mempermainkannya. Sekali
lagi Raja Lontung menarik rotan itu kuat-kuat sehingga terjadi tarik
menarik. Karena rasa kesal yang teramat sangat Raja Lontung berseru :
“Jangan ganggu saya”.
Namun, akhirnya terjadi perkelahian dengan orang yang belum dikenal oleh
Raja Lontung. Masing-masing mereka mengeluarkan ilmu sakti namun tidak
ada yang kalah dan tidak ada yang menang. Akhirnya keduanya
berkenalan. Lawan si Raja Lontung adalah Raja Borbor.Saaty itu mereka
saling bertanya siapa ayah mereka sebenarnya. Keduanya terkejut sebab
ayah mereka adalah Seribu Raja. Akhirnya mereka mencari Seribu Raja. Publisher : Listen Malau,SE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar